KUPANG, FLORESPOS.ID – Seni budaya dan pariwisata boleh dibilang merupakan dua industri yang berbeda haluan. Satunya bergerak di industri kreatif, yang lainnya di industri bisnis.

Meski demikian, dengan pemahaman kebudayaan merupakan sebuah perjalanan, di mana orang-orang bertemu di ruang-waktu yang baru, maka kedua sektor ini bisa diintegrasikan.

Kesadaran inilah yang mulai dibangun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengawinkan kedua sektor utama ini.

BacaKeras! Gubernur Viktor Larang Wisatawan Asing Yang Miskin Kunjungi NTT

Sebab berbicara tentang NTT, tidak terlepas dari dua kekayaan pokok tersebut, yaitu musik dan destinasi wisata.

Ada ratusan destinasi wisata unggulan di provinsi kepulauan ini, terbentang dari Malaka hingga Manggarai Barat. Ada begitu banyak pula khazanah budaya dan musik yang khas tiap daerah.

Viktor Laiskodat: Musik Jadi Penunjang Pariwisata

Pada Rabu (17/6), kepada para pegiat musik Rumah Musik Siloam (RMS) Kupang, Gubernur Victor Bungtilu Laiskodat berpesan agar sekolah musik tersebut bisa mengangkat musik dan olah vokal sebagai kekayaan lokal penunjang pariwisata.

Menurut Victor, dengan latihan musik yang benar maka seni musik bisa menjadi ambil bagian pariwisata sebagai roda penggerak pembangunan di NTT . Wisatawan tak hanya datang melihat keindahan alam NTT tapi juga indahnya musik.

“Di sinilah momen untuk menunjukan kepada dunia luar, bahwa anak-anak di Provinsi NTT juga memiliki jiwa dan karakter yang kuat dalam bidang seni,” katanya, melansir Gatra.

Mengutip tulisan Marianus Seong Ndewi, seorang pegiat literasi di Komunitas Secangkir Kopi Kupang, bahwa musik memiliki nilai lebih untuk memperpanjang rantai ekonomi dari industri pariwisata.

Misalnya, festival musik Coachella di California, Amerika Serikat yang diadakan sejak 1999 dan mampu menghadirkan ratusan ribu penonton tiap tahunnya.

Namun di NTT belum ada festival musik yang digagas pemerintah ataupun swasta. Yang ada hanyalah grup-grup musik yang dibentuk sendiri, bahkan tanpa intervensi pemerintah.

Jika memang musik menjadi salah satu penunjang pariwisata, maka sudah saatnya pemerintah daerah memfasilitasi dan melembagakan grup-grup musik yang ada dalam satu wadah semisal festival.

Untuk belajar bagaimana festival musik, bisa melakukan studi banding terlebih dahulu ke Bali atau Yogyakarta.*