Jangan Reaktif Buta, David Juga Punya Salah: Pemicu Besar Penganiayaan Oleh Mario

Florespos.id – Heboh beberapa waktu terakhir perihal pemukulan yang dilakukan oleh Mario Dandy terhadap korban bernama David.

Alasan pemukulan jelas, karena David punya kesalahan yang sulit sekali dimaafkan oleh pihak Mario Dandy karena menyangkut kebaikan kekasihnya, Agnes.

Kini keluarga Agnes Gracia yang kini sudah dipelakukan oleh polisi memberikan klarifikasi lengkap, mengungkap kesalah besar David sebagai pemicu penganiayaan.

Baca: Media Asing Ramai Soroti Kasus Mario Dandy, Tapi Salah Pasang Foto

David Juga Punya Salah: Pemicu Besar Penganiayaan Oleh Mario

Kekasih Mario Dandy Satriyo (MDS) yang berinisial AG telah berstatus sebagai pelaku penganiayaan terhadap David.

Status pelaku sendiri setara dengan tersangka.

Namun, AG tidak dapat dikatakan sebagai tersangka karena dirinya masih di bawah umur.

Status hukum AG telah mengalami beberapa perubahan, mulai dari anak berhadapan dengan hukum, lalu meningkat menjadi anak berkonflik dengan hukum, hingga menjadi pelaku.

AG selanjutnya akan dijerat dengan pasal berlapis karena terlibat dalam kasus penganiayaan.

“Terhadap anak AG, kami menerapkan Pasal 76C juncto Pasal 80 UU Perlindungan Anak, Pasal 355 ayat (1) KUHP juncto Pasal 56 KUHP subsider Pasal 354 (1) juncto Pasal 56 lebih subsider Pasal 353 (2) juncto Pasal 56 lebih lebih subsider Pasal 351 (2) juncto Pasal 56 KUHP,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (2/3).

Sementara itu, pihak keluarga AG belum lama ini membeberkan kronologi penganiayaan terhadap David versi mereka.

Pihak keluarga AG memutuskan untuk membuka suara di tengah banyaknya pihak yang menyudutkan kekasih Mario Dandy tersebut.

Ivana Yoan selaku kakak AG berusaha meluruskan apa yang sebenarnya menimpa sang adik melalui kanal YouTube Najwa Najwa.

Ivana juga meluruskan kabar bahwa AG adalah provokator penganiayaan dengan memberitahu Mario Dandy terkait perbuatan tidak menyenangkan dari David terhadap AG.

“Jadi, sebenarnya MDS ini mengetahui perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh D terhadap AG melalui saksi APA. Ini untuk mengklarifikasi bahwa sebenarnya bukan AG yang memberitahukan MDS terkait perilaku tidak menyenangkan tersebut,” kata Ivana Yoan.

“Kemudian, setelah MDS mengonfirmasi terkait perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh D kepada AG ini, MDS setiap kali bertemu dengan AG selalu mengungkit, ‘Kapan nih bisa bertemu dengan D?'” sambungnya.

Hal berikut yang ia coba klarifikasi adalah terkait kartu pelajar.

“Sebenarnya, terkait tukar-menukar kartu pelajar ini dan pengembalian ini, sudah direncanakan jauh sebelum kejadian ini. Sebelum kejadian, sudah beberapa kali ada omongan tentang waktu yang kira-kira tepat untuk mengembalikan kartu pelajar tersebut,” jelasnya.

“Jadi, ketika MDS menjemput AG pada saat itu setelah pulang sekolah karena MDS ini tidak jadi magang. Kemudian, memang tidak ada rencana awal untuk menghampiri kediaman D, awalnya tidak ada rencana itu sama sekali,” lanjutnya.

Pada saat itu, AG ternyata juga baru ingat bahwa kartu pelajar D masih berada pada dirinya.

MDS lantas meminta AG untuk bertanya di mana posisi D saat itu.

“Kemudian, yang perlu ditekankan juga bahwa MDS menyuruh AG untuk bertemu di Senayan. MDS juga menyuruh AG untuk berbohong bahwa AG sedang bersama dengan kakaknya. Kemudian D bertanya, ‘Bukannya kakak lo lagi nggak di sini?’. MDS kemudian menyuruh AG bilang, ‘Kakak sepupu maksudnya,'” ujarnya.

David Juga Punya Salah: Pemicu Besar Penganiayaan Oleh Mario
Foto: Doc/Florespos

Baca: Dianna Dee Joget ‘Nakal’ di Panggung, Warganet Kecam Habis-habisan

Ivana Yoan mengklaim bahwa sang adik saat itu merasa tidak nyaman apabila MDS harus bertemu dengan D. Terlebih lagi, ia dipaksa berbohong.

AG juga sempat mengulur waktu dengan pulang terlebih dahulu dan mengunjungi salah satu mal di Bintaro untuk melakukan treatment.

Saat itu, MDS berada di luar menunggu AG. Tiba-tiba, AG teringat bahwa kartu pelajar D tertinggal di dalam tas yang berada di rumah.

Oleh karena ponselnya lowbatt, AG meminta tolong MDS memesan layanan antar jemput untuk mengantarkan kartu pelajar yang tertinggal di rumah ke mal tempat mereka berada.

Selama AG melakukan treatment, MDS menjemput seorang teman berinisial S. Keduanya ternyata pernah berbincang terkait D.

S pernah berujar kepada MDS, “Wah, parah sih, kalau gua jadi lo, gue nggak terima. Pukulin saja tuh.”

Ivana menegaskan bahwa kesaksian tersebut telah masuk dalam berita acara dari pemeriksaan yang sudah berjalan.

Setelah AG menyelesaikan treatment, mereka segera menuju kediaman D di daerah Lebak Bulus. Namun, ternyata D tidak sedang berada di sana, ia di rumah temannya yang berinisial R (kini berstatus saksi) di kawasan Pesanggrahan.

“Selama perjalanan menuju Pesanggrahan tidak ada pembicaraan apa pun terkait rencana penganiayaan. Yang AG tahu, ia hanya ingin mengembalikan kartu pelajar dan MDS ingin berbicara baik-baik dengan D,” ungkap Ivana.

Lantas, bagaimana kejadian di TKP?

Kronologi Lengkap di TKP

Saat di TKP, AG sempat mengingatkan MDS untuk tidak tersulut emosi dan tetap berbicara secara baik-baik dengan D.

“Orang pertama yang masuk ke rumah saksi R adalah MDS, lalu diikuti S dan diikuti AG. Ketika sampai di rumah R, MDS dan S berusaha untuk membuka tralis yang ada di depan garasi. Namun, karena tidak berhasil, mereka menunggu di teras,” jelas Ivana.

Ivana mengklarifikasi bahwa saat itu, D sudah mengetahui keberadaan MDS karena selama menunggu, MDS sempat mengirim pesan suara kepada D untuk mengajaknya turun ke teras. MDS bahkan sempat meninggikan intonasinya untuk meminta D menemui mereka.

Maksud AG untuk mengembalikan kartu pelajar pun terpenuhi. Lalu, MDS mengisyaratkan AG dan S untuk melipir karena dirinya ingin berbicara dengan D.

Ivana mengatakan bahwa AG telah mengonfirmasi bahwa saat itu memang D dan MDS berbicara secara baik-baik.

Namun, setelah AG mengambil minum di mobil, ia kembali ke rumah D dan melihat D sedang dalam posisi push up.

Petugas keamanan setempat kemudian datang menghampiri mereka dan bertanya apa yang sedang terjadi. Namun, MDS mengatakan mereka sedang melakukan COD.

Setelah petugas keamanan pergi, MSD meminta S dengan bahasa isyarat untuk merekam aksinya.

Kronologi Lengkap di TKP
Foto: Doc/Florespos

Baca: Angel Karamoy Pamer Dada Besar, Ngaku Doyan di ‘Mulut’

“Jadi, di sini yang merekam adalah S menggunakan ponsel MDS,” tegas Ivana Yoan.

Saat itu, S tiba-tiba ingin menghampiri korban dan mengalihkan ponsel MDS kepada AG.

“AG di sini refleknya, ya, menerima saja. Dia di sini shock,” katanya.

Ivana Yoan kemudian meluruskan tentang anggapan bahwa adanya suara tertawa dalam rekaman tersebut.

“Bahwa sebenarnya tidak ada yang tertawa dari pihak AG. Di situ, AG sama sekali tidak tertawa dan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi senang, malah sebaliknya, dia takut di situ,” ujarnya.

AG yang membeku saat itu kemudian tersadar oleh teriakkan dari ibunda saksi R yang melerai kejadian tersebut.

Ivana Yoan selanjutnya membantah isu AG melakukan selfie di tempat kejadian.

“Terkait isu selfie yang beredar, itu tidak benar. Itu juga disaksikan langsung oleh ibu dari saksi R yang saat itu melihat AG menopang kepala D di pangkuannya, dan tangan kirinya memegang tangan D,” paparnya.

“Ketika AG memegang kepala D ini justru dia membisikkan D untuk tenang dan mengatur napas,” lanjutnya.

Setelah kejadian tersebut, beberapa petugas keamanan menginterogasi MDS dan S hingga polisi dari polsek setempat datang membawa mereka berdua.